Ketika sedang berselisih paham, berbeda pendapat, atau memiliki
pandangan yang berbeda dengan orang lain, apa yang paling mendominasi pikiran
anda; Upaya meyakinkan ‘kebenaran’ pandangan anda? memahami lebih baik lagi pandangan
orang tersebut? Atau berupaya mencari kesamaan-kesamaan diantara perbedaan pandangan
yang ada?
Pendapat atau pandangan kita adalah representasi dari “kepentingan”
yang kita miliki, yang terkadang nampak gamblang dalam kata-kata yang kita
sampaikan, namun terkadang juga sebaliknya, tersembunyi dan disampaikan secara tidak langsung. Ungkapan
seperti “Ada Udang di Balik Batu”, adalah contoh sederhana bagaimana ada sebuah
situasi dimana apa yang nampak (Batu) tidak bisa dijadikan ukuran apa yang
sebenarnya orang tersebut butuhkan. Karena ternyata, ada kepentingan lain yang
tidak tampak (yaitu Udang), yang jika kita tidak berhasil melihat apa yang ada
di balik “Batu” tersebut, maka kita tidak akan dapat mengetahu apa yang
sebenarnya orang tersebut butuhkan dan inginkan. Inilah “kepentingan”, sesuatu
yang tidak tampak di permukaan, namun keberadaannya menjadi sumber dan dasar dari
sikap dan perilaku seseorang.
Adalah kebutuhan mendasar yang sangat lazim, jika kita berusaha untuk mendapatkan
apa yang menjadi ‘kepentingan’ diri kita. Persoalannya, ketika memenuhi
kepentingan tersebut seringkali kita dihadapkan dengan ‘kepentingan’ orang lain
yang ‘berbeda’. Kebutuhan kita, menjadi penghambat ataupun dihalangi oleh
kebutuhan orang lain, dan sebaliknya, kebutuhan orang lain terhambat dan
terhalangi oleh kebutuhan kita. Menghadapi keadaan demikian, setidaknya kita memiliki
3 pilihan strategi; (1) Memenangkan kepentingan “Kita” atas orang lain (2) memenangkan
kepentingan “orang lain” atas Kita, atau (3) Memenangkan kepentingan bersama,
orang lain dan Kita.
Pilihan pertama sangatlah menggoda, dan seringkali menjadi pilihan
utama kita. Pilihan kedua, menjadi sangat penting, ketika kita berpikir tentang
pentingnya menjaga hubungan dengan orang lain, dan pilihan ketiga adalah
pilihan paling ideal, karena mementingkan tercapainya kebutuhan bersama.
Pikiran untuk bekerjasama dengan saling menguntungkan, menjadi landasan dari
pilihan ketiga ini. Tetapi, meski ideal, pilihan ke-tiga juga merupakan pilihan
paling sulit dalam mencapainya.
Ketika kepentingan bersama dijadikan tujuan, maka saling memahami,
saling membantu, dan saling bekerjasama menjadi sikap-sikap dan perilaku yang
harus dilakukan. Tentunya, ini tidak mudah, apalagi kita berhadapan dengan
pihak yang berbeda kepentingan dengan kita. Diperlukan proses saling
mendengarkan dengan baik, dan saling menghargai pandangan dan pendapat
masing-masing. Pada tataran inilah, saya melihat fokus kedua pihak harus diubah
(transformasi), dari fokus pada ‘perbedaan kebutuhan ataupun kepentingan’
menjadi fokus pada ‘persamaan-persamaan’ diantara mereka.
Menemukan persamaan dengan orang yang berbeda pandangan dengan kita, diakui
atau tidak, bukan merupakan kebiasaan yang sering kita jalani dalam kehidupan
sehari-hari. Menemukan persamaan dilakukan untuk bisa menemukan Common Ground, yang di dalam kamus online
(http://www.merriam-webster.com/)
dimaknai sebagai “Sebuah dasar (pondasi) dari kepentingan atau persetujuan yang
saling menguntungkan”. Berdasarkan pengertian ini, diperlukan adanya
kepentingan ataupun kesepakatan yang saling menguntungkan sebagai dasar dalam
menemukan solusi atas permasalahan yang dihadapi, yang hasilnya sama-sama
menempatkan kedua belah pihak sebagai pemenang bersama. Inilah mengapa common ground menjadi sangat penting untuk ditemukan, ketika kita
menginginkan adanya penyelesaian masalah yang saling menguntungkan kedua belah
pihak.
Selain menemukan Common Ground, menemukan
persamaan-persamaan di antara orang-orang yang berbeda, akan meningkatkan
kemampuan kita dalam membangun kerjasama dengan orang-orang yang berbeda
tersebut. Kita menjadi lebih paham bagaimana menerapkan konsep “the right man, on the right place, dan
lebih bisa memaksimalkan potensi yang dimilikinya. Dan sebaliknya, orang lain
juga lebih memahami apa siapa kita dan apa yang menjadi concern dan perhatian kita.
Menemukan persamaan-persamaan juga akan menguatkan optimisme kita dalam
menjalankan sesuatu. Jika kita bisa ‘bersama’ dan berbagi kepentingan yang ‘sama’,
mengapa kita tidak bisa mengatasi perbedaan-perbedaan yang ada? Kira-kira
begitu yang kita tanamkan di dalam pikiran kita. Perbedaan akan selalu ada, dan kita memiliki
pilihan untuk tidak menajamkannya, karena kita lebih memilih untuk ‘menumpulkan’nya
dan fokus mengambil manfaat dari dari kepentingan bersama yang kita miliki.
Mari kita tempatkan ‘menemukan Common
Ground’ sebagai proses dan tujuan hidup kita. Tentunya, dengan syarat utama, menjadikan penemuan persamaan
sebagai kebiasaan kita sehari-hari. Terakhir, saya ingin mengutip status FB Nur
Adi Setyo di dinding-nya, “Kalau
saya, lebih suka melihat sesuatu dari persamaan bukan memperuncing perbedaan”.
Setuju kan? #gusrowi
No comments:
Post a Comment