Sahabat,
Beberapa tulisan singkat berikut adalah beberapa refleksi yang saya maksudkan untuk bisa memotivasi diri saya dan semoga juga orang lain. Sebagaimana posting saya yang lain, tulisan-tulisan ini saya kompilasi dari beberapa status di akun Facebook saya: Agus Hadi Nahrowi. Terima Kasih.
“Kepo itu Nikmat”
Menemukan situasi "di luar kebiasaan" di sekitar kita
seringkali membuat kita bereaksi berbeda. Terkadang kita terkejut, kaget, heran
atau cuek-cuek saja. Namun, adakalanya kita juga penasaran dan berusaha mencari
tahu penyebabnya.
Saya sendiri, termasuk orang yang
menikmati berteka-teki, berkepo-ria (dalam hati), dan meng-otak atik
(gothak-gathik-mathuk) berbagai data dan informasi yang ada. Puas rasanya, jika
penyebabnya ketemu. Namun, tidak juga kecewa, jika hasilnya tidak sesuai harapan.
Memiliki kepekaan terhadap rangkaian peristiwa
yang sudah terjadi, kiranya membantu kita mengenali dan mengungkap
"cerita" dibalik apa yang "sedang" dan mungkin yang
"akan" terjadi. Ini sangat bermanfaat buat landasan kita mengambil
keputusan. Saya yakin, banyak jalan menjadi pribadi yang "peka",
ber-kepo-ria secara "konstruktif" adalah salah satunya. (20 April
2015)
“Memimpin atau Dipimpin”
Mana yang lebih anda suka, siap memimpin? Atau siap dipimpin?. Memang
sangat tergantung konteks dan situasinya. Kesiapan Memimpin tidaklah mudah.
Siap dipimpin juga tak kalah sulit. Diperlukan ke-lapang-an dada dan keikhlasan
untuk menjalaninya.
Tentu saja, menyiapkan mental untuk keduanya sangatlah penting. Ketika
sedang asyik memimpin, banyak orang alpa menyiapkan mental dari ancaman
"post power syndrom" yang akut, sehingga "gagap" dan
"gagal" ketika tiba-tiba harus menjadi orang yang dipimpin.
Bagi saya, "kesiapan" untuk bermental dan berkomitmen kuat
untuk menjalani apapun peran kita sangatlah penting sebagai dasar dalam
"memimpin" dan "dipimpin". Karena, tak selamanya kita akan
"memimpin", dan tak selalu kita akan berposisi orang yang
"dipimpin". (23 April 2015)
“Berpikir Tidak Kotak”
Banyak yang bilang agar kita berlatih untuk berpikir "di luar
kotak" (out of the box). Bagaimana kita tahu telah melakukannya? Apakah
diukur dari ke-nylenehan ide kita? Atau kemampuan ide kita menjadi solusi atas
situasi tertentu? Yang jelas, berpikir model ini selalu berada di luar apa yang
orang kebanyakan lakukan. Tentu saja tidak asal "beda", namun
bagaimana perbedaan ide tersebut memiliki kekuatan menjadi alternatif diantara
sekian banyak ide.
Bagaimana kita melatihnya? Mencoba melakukan hal-hal di luar kebiasaan adalah salah satunya.
Tentunya, kita tidak boleh takut berbeda; takut dianggap tidak normal, ataupun
takut ide kita tidak diterima. Berada di luar kebiasaan orang kebanyakan
terkadang bisa memberikan kita sudut pandang yang berbeda dan lebih netral dari
kungkungan sekitar kita. Berani beda, berani sama, asalkan bertuah adalah
menantang diri untuk selalu berpikir. Corgito ergo sum!.(24 April 2015)
“Kebetulan itu Tidak Ada”
Seberapa percaya anda kepada yang namanya "kebetulan"? Bagi
yang percaya kalau semua yang terjadi di muka bumi karena Tuhan, maka akan
berpikir kuasa Tuhan yang mengatur semuanya. Bagi mereka yang tidak serta merta
melibatkan Tuhan akan cenderung berpikir, ada proses tarik menarik energi
diantara makhluk hidup, yang memungkinkan terjadinya persinggungan, gesekan dan
pertemuan.
Ketika niat telah diikrarkan, fokus, keyakinan dan komitmen dijalani,
maka segala hal di alam semesta akan bergerak untuk mendukunya. Disinilah
"niat" dan "keyakinan" begitu penting. Dua hal ini akan
mengarahkan kita untuk mendapatkan apa yang kita inginkan, termasuk membantu
kita menghadapi hal-hal yang terjadi di luar perkiraan dan antisipasi kita.
Jadi, apa yang terjadi memang sudah semestinya, sehingga tidak ada yang namanya
kebetulan.
(25 April 2015)
“Semuanya Menentukan”
"Big Step", Bagaimana kita tahu sedang dan akan mengambil
langkah penting yang berpengaruh besar terhadap perjalanan hidup kita? Karena
tidak selalu "tahu" dan "yakin" dampak dari keputusan kita,
bisa jadi semua langkah kita sangatlah "penting" dan
"menentukan".
Setiap keputusan berpotensi menjadi "momentum kunci" bagi
hidup kita ke depan. Saya meyakini, dengan memprioritaskan setiap keputusan
secara "serius dan penting", maka kita tidak akan merugi, dan
penyesalan pun akan enggan menghampiri kita. (26 April 2015)
“Mood Malas itu Perlu”
Pasti mengenal "The Lazy Song"-nya Bruno Marz doong?
Lagu tentang "mood malas" untuk membuktikan, meraih, atau memenangkan
sesuatu. Sesekali, nampaknya asyik juga memiliki mood demikian. Selain akan
menyeimbangkan mental kita, memiliki mood ini juga akan memberikan ruang bagi
kita untuk "menetralisir" segala dampak emosional dan pikiran
mengejar target, capaian, dan tuntutan ambisi kita sehari-hari.
Momentum ini juga bisa kita manfaatkan untuk berefleksi, dan
berintrospeksi diri tentang apakah kita cukup
memberikan diri kita "waktu istirahat" dari segala urusan pribadi dan
orang-orang di sekitar kita. Harapannya, ketika kita kembali ke
"mood aktif", kita akan menemukan energi baru yang lebih
"fresh" dan level kepercayaan diri kita semakin meningkat. Mari
bermalas-malas dengan "bijak", mungkinkah?. (2 Mei 2015)
“Menolak Mustahil”
"Bagaikan pungguk merindukan bulan", seringkali identik dengan
adanya keinginan yang mustahil untuk bisa digapai. Namun, pernahkah anda
berpikir jika di sekeliling kita selalu ada "rembulan" yang bisa
dijangkau dan di ajak berinteraksi? Jika anda pernah melakukannya bahkan
sering, maka bisa dipastikan anda sudah menaklukkan tantangan alam tentang
bagaimana merindukan rembulan dan menggapainya. Jika itu yang sebenarnya
terjadi, anda benar-benar termasuk golongan orang yang beruntung. (30 November 2014)
“Melawan Arus”
Membebaskan diri dari himpitan persoalan adalah hal yang biasa terjadi.
Membebaskan diri dari segala kenyamanan, kesenangan, kenikmatan dan keindahan
tentu sebuah langkah luar biasa. Terlepas apa kelebihan dan kekurangan dari
pilihan-pilihan tersebut, masing-masing dari kita pasti pernah dihadapkan
dengan situasi ketika kita harus memilih untuk mempertahankan 'status quo' atau
melakukan perubahan,meskipun tanpa kejelasan "akhir cerita," dan
hanya berpegang pada keyakinan akan harapan masa depan yang lebih baik. (16 Desember 2014)
“Bahagia itu....”
Kebahagiaan itu sebuah tujuan atau proses? Demi tujuan menjadi bahagia,
segala sesuatunya dijalani dengan penuh semangat dan tak kenal lelah, meskipun
tak selalu jelas bentuk kebahagiaan itu seperti apa nantinya. Jika bahagia itu
sebuah proses, siapapun tidak perlu menunggu hingga akhir cerita bahagia,
karena kebahagiaan itu selalu diyakini terdapat dalam setiap langkah yang
dilewati. Selamat menikmati kebahagiaan, sekecil apapun itu, kapanpun dan
dimanapun kebahagiaan bisa datang dan didatangkan. (25 Januari 2015)
“Menjalan Misi”
Memiliki dan menjalani misi besar ternyata tidak saja membutuhkan niat;
'kemauan' yang kuat; komitmen menapaki setiap proses dan tantangan yang
dihadapi; dan mentalitas penuh optimisme; namun juga kesiapan mental untuk
menjadi 'martir' demi tercapainya 'misi' yang ingin dicapai. Apapun misi anda,
baik kasat mata ataupun tidak, pastikan anda siap untuk menjadi martir di
dalamnya, karena disaat itulah anda menunjukkan loyalitas atas misi yang
dijalani. (6 Februari 2015)
“Move On”
Menikmati rasa bahagia dengan sepenuh hati sangatlah perlu, apalagi jika
kemudian dampaknya positif bagi orang-orang disekitar kita. Di sisi lain,
menyadari bahwa rasa bahagia itu hadir untuk waktu yang terbatas, selalu
menyiapkan diri untuk senantiasa "move on" dan melakukan perubahan
juga tak kalah penting.
Move On tidak selalu identik dengan transformasi dari
"negatif" ke "positif", dari "sedih" ke
"bahagia", namun bisa dimaknai dengan transformasi dari
"positif" ke "positif yang lebih tinggi levelnya". Dari
satu bahagia ke bahagia yang lain yang lebih membahagiakan. Jangan pernah ragu!
Keep moving on sobat! (7 Februari 2015)
“Luarbiasa namun Sederhana”
Bagaimana sebuah kesederhanaan bisa berbuah keluar biasaan? Banyak kita
temui kata sederhana, sebagai nama toko atau warung. Entah apa yang menjadi
alasan memilih kata tersebut. Sebagai bentuk kerendah hatian kah? Bentuk
ketidaksombongan? Bentuk ketidakmulukan berusaha? Atau hanya sekedar nama?
Namun, jika ditanya, apakah hasil yang ingin dicapai dari usaha tersebut adalah
hasil yang "sederhana" juga? Saya yakin, jawabnya "tidak".
Hasil yang maksimal dan melimpah tentunya menjadi tujuannya.
Berhati-hatilah dalam menyuarakan apa yang ada dalam pikiran kita. Karena
acapkali apa yang terjadi pada diri kita dipengaruhi oleh apa yang kita
pikirkan. Jadi, jangan berharap hasil yang ekselen, jika anda sendiri berharap
hasil yang sederhana, dan cara anda melakukannya juga dengan cara yang
"sederhana". (8 Februari 2015)
“Olah Prasangka”
Mungkinkah kita bisa mengalihkan pikiran kita dari memikirkan beratnya
beban hidup dengan cara membandingkannya dengan besarnya nikmat yang kita
rasakan? Sehingga kita ketemu dengan hasil yang tidak seimbang antara besarnya
nikmat dibanding beban hidup yang harus kita pikul.
Bagaimana jika kita gagal melihat nikmat yang kita rasakan, sehingga
beban hidup terasa lebih besar? Apakah benar nikmat yang kita rasakan itu
selalu lebih besar dibanding beban hidup kita? Saya kira dengan tidak
berprasangka apapun terhadap beban hidup yang kita hadapi, kita akan
membiasakan diri menjalani hidup dengan penuh kesadaran, bahwa hidup harus dijalani
dah dinikmati. Apapun situasi dan kondisi yang kita hadapi. (24 Februari 2015)
“Asupan Pikiran”
Tidak semua dari kita diberi kemudahan untuk mengambil keputusan dalam
hal kapan kita bisa memanjakan diri dan pikiran kita dengan aktivitas yang
menyenangkan. Tentu banyak sekali alasannya. Salah satunya adalah
ketidakmampuan mengukur level kejenuhan dan ketahanan kita dalam menggeluti
pekerjaan sehari-hari.
Dampaknya, menunda bersenang-senang hingga semuanya kelar dan tuntas
menjadi pilihannya. Jangan heran jika kemudian kita tiba-tiba tidak enak badan,
aktifitas sosial menjadi berantkan, stress melanda, dan menjadi sangat
emosional. Itu semua sangat dimungkinkan kita alami karena kita tidak
memberikan asupan gizi yang cukup buat pikiran dan diri kita. Ayo, tunggu apalagi,
bersenang-bahagialah sekecil apapun peluang yang anda miliki! (1 Maret
2015)
“Tanpa Rencana”
Membuat perencanaan matang untuk tujuan yang akan dicapai di masa depan
banyak disarankan oleh banyak orang sebagai cara jitu mendekatkan kepada hasil
yang ingin dicapai. Namun, bagaimana jika ditengah perjalanan kita menemukan
banyak sekali peluang yang jauh lebih menarik dibanding apa yang telah kita
rencanakan? Apakah kita akan "setia" terhadap rencana kita, atau kita
merubah haluan dan mengambil semua peluang yang ada di depan kita?
Adakalanya, mempunyai perencanaan bagus hanya akan membatasi kita meraih
berbagai peluang dan kesempatan kita di masa depan. Jadi, jangan khawatir jika,
anda merasa tidak mempunyai rencana apapun untuk masa depan anda. Justru dengan
begitu anda lebih "merdeka" untuk menyambut dan menyambar semua
peluang yang ada tanpa terbatasi oleh "rencana" yang anda miliki.
(9 Maret 2015)
“Karena Kita Berakal”
Pernahkah kawan-kawan berfikir untuk sesekali tidak melibatkan Tuhan
dalam urusan hidup kita? Adalah 'mudah' untuk mengungkapkan dan menyatakan,
anggaplah ini sebagai "Cobaan dan Ujian Tuhan," atau "Serahkan
semuanya kepada Tuhan," atau "Tuhan ingin melihat kualitas kesabaran
kita", dan sebagainya. Kata-kata yang menenangkan dan menyamankan
tentunya. Meskipun, untuk sampai pada level 'tenang', 'nyaman' sangatlah tidak
semudah pengucapannya.
Kita, sebagai manusia, dengan segala kelemahan kita, harus tetap
menghadapi masalah dengan akal kita, yang merupakan atribut paling keren yang
kita dapatkan dari Tuhan. Saya yakin, Tuhan pasti tersanjung melihat kita
menggunakan Akal kita secara maksimal untuk menjalani hidup ini. Mari, jangan
sia-siakan pemberian Tuhan terhebat ini. (11 Maret 2015)
“Menolak Pasrah”
Apa reaksi anda ketika ada yang mengomentari tentang diri anda dengan
mengatakan: "udahlah, tak ada manusia yang sempurna." Tentu tidak ada
yang salah dengan ungkapan itu. Saya juga membenarkannya. Meskipun, ungkapan
itu juga tidak serta merta bisa membantu menyelesaikan masalah. Bahkan bisa
jadi justru mendatangkan efek "pasrah" dan memperkecil peluang untuk
berpikir di luar "kotak", guna mencapai level yang ekselen dalam
berkreativitas. (16 Maret 2015)
“Imaji Sukses”
Saya suka orang yang memiliki imajinasi tentang "sukses" atas
apa yang sedang ia coba raih. Sebuah imaji yang menggambarkan keadaan ideal
yang ingin ia rasakan dan alami, lengkap dengan berbagai detail plot ceritanya.
Saya sangat yakin, imaji sukses hanya dimiliki oleh orang dengan optimisme dan
keyakinan diri yang kuat. Ini adalah modal penting baginya, sehingga dia akan
mudah bangkit ketika imaji sukses yang ia miliki gagal terwujud.
"Menumpulkan" berbagai efek negatif "kegagalan" mencapai
target bukanlah perkara sulit baginya, karena ia selalu percaya imaji dia
tentang sukses akan selalu menemukan jalannya untuk bisa ia bangkitkan dan
miliki. Apakah itu anda? (21
Maret 2015)
Karakter “Rejeki”
Seberapa kenal anda dengan karakter dan tanda-tanda bagaimana rejeki,
kebahagian, dan keberuntungan mendatangi anda?
Di saat kita begitu yakin akan mendapatkan, justru kita tidak beruntung.
Disaat kita hanya ingin mendapatkan satu saja, kita dihadapkan dengan 2 atau
tiga pilihan secara bersamaan. Disaat kita memiliki banyak opsi dan peluang,
ternyata tak satupun menjadi kenyataan. Di saat kita hanya memiliki
satu-satunya peluang, ternyata kita justru sukses menggegamnya. Di saat kita begitu dimudahkan dengan proses yang ada, ternyata hasilnya
justru tidak seperti yang diharapkan.
Bagi saya, semakin sulit dan tidak mudah proses
yang saya lewati dan jalani, saya semakin yakin bisa mendapatkannya. Disinilah
saya meyakini, jika kita menyadari dan mengenali bagaimana karakteristik
"keberuntungan" kita sendiri, maka kita tidak akan buang-buang waktu
untuk "cemburu" atau "iri" dengan keberuntungan yang
didapatkan orang lain. Bagaimana dengan anda? (27 Maret 2015)
“Refleksi atas rutinitas”
Dalam sehari, berapa lama waktu yang anda dedikasikan untuk sekedar
"berefleksi" tentang pelajaran dari perjalanan hidup anda?
Memiliki rutinitas yang teratur adalah dambaan setiap orang. Namun,
terjebak dengan rutinitas, tanpa dilandasi misi dan idealisme yang jelas juga
tidak ideal. Ada banyak alasan dibalik rutinitas seseorang. Dari sekedar
mencari uang untuk memenuhi kebutuhan hidup; menjalankan peran dan
tanggungjawab; menyalurkan minat dan idealisme; ataupun ketiga-ketiganya.
Bagi saya, pilihan terakhir memberikan peluang yang seluas-luasnya untuk
bisa menikmati hidup dan terus belajar tentang hidup. Jadi, jika tidak ada lagi
alasan dan idealisme yang mendasari rutinitas anda, kiranya menjadi momentum
yang tepat bagi anda untuk memikirkan lagi makna rutinitas, bagi diri anda dan
orang-orang di sekitar anda.
(7 April 2015)
“Terus Penasaran”
Rasa penasaran akan sesuatu, apapun itu, tak jarang memicu munculnya
energi dan motivasi tersendiri. Tentu, rasa penasaran akan hilang, ketika apa
yang menjadi pemicunya sudah diketahui dan dipenuhi. Saya yakin, hadirnya
"rasa penasaran" menunjukkan adanya keinginan untuk belajar,
mengeksplorasi berbagai informasi, pengetahuan dan pengalaman. Justru, kita
harusnya khawatir jika tidak lagi pernah merasa "penasaran." Jangan
sampai kita menyesal karena "cuek" dengan apa yang membuat kita penasaran.
Jangankan mati "penasaran", hidup dengan rasa penasaran yang tidak
terjawab dan terpenuhi-pun tidak nyaman adanya. Anda tidak mau kan?. (15
April 2015)
“Siap Tua, Tapi...”
Apa yang anda persiapkan agar ketika usia semakin menua, anda tidak
tumbuh menjadi orang tua yang "kolot", "konservatif",
"keras kepala", "susah dimengerti" dan "tidak
gaul" dengan perkembangan zaman? Saya meyakini, kebiasaan berinteraksi
dengan berbagai macam orang; berpikir terbuka dan kritis; terus belajar
bersikap toleran; terbuka terhadap kritik, masukan dan saran; dan gairah
belajar yang tak boleh padam adalah beberapa kebiasaan yang penting dilakukan.
Menurut anda? (17 April 2015)