Selalu ada yang kurang, dan selalu ada yang terlewatkan. Walaupun perencanaan
dan persiapannya sudah sedemikian rapi, dan dedikasi waktu pun sudah sebegitu
longgarnya telah dicurahkan. Pengalaman Mudik Lebaran dari waktu ke waktu,
dengan sederet pengalaman dan pembelajaran, ternyata tak menjamin ‘absen’-nya
keteledoran, kealpaan dan terjadinya kelalaian. Ada saja yang tertinggal.
Mulai dari oleh-oleh yang ketinggalan gak terbawa, titipan keluarga di
kampung yang terlupakan, hingga kelupaan menyalakan lampu di teras ketika meninggalkan
rumah untuk mudik, adalah beberapa hal sederhana yan sering terjadi. Meskipun
telah sering mudik, hal-hal demikian masih sering dialami.
Biasanya, kondisi fisik yang kurang prima ketika persiapan menjadi salah satu penyebabnya. Faktor kurang
tidur dan kecapean menyiapkan mudik dalam waktu yang singkat mempengaruhi konsentrasi
dan fokus ketika packing dan
mengerjakan segala urusan sebelum ditinggal mudik. Kondisi tubuh yang demikian berpengaruh
terhadap kejelian dan prioritisasi kita.
Apakah kemudian kondisi tubuh ‘prima’ dan waktu persiapan yang cukup bisa
menjadi solusi-nya? Hasilnya tentunya akan lebih baik, meskipun tetap tidak akan
menjamin tidak adanya kelalaian dan kekurangan. Terkadang, ketika sudah
mempersiapkan jauh-jauh hari, bawaannya justru rasa ‘percaya diri’ bahwa semuanya sudah OK dan karenanya tidak perlu
ada yang di khawatirkan.
Namun, dalam konteks mudik lebaran, ketika semua sudah disiapkan dari jauh-jauh
hari, menjadi sibuk dan capek jelang mudik adalah kondisi yang seolah-olah
harus dilewatin dan dijalanin. Sangat masuk akal jika kemudian muncul hal-hal diluar
rencana yang awalnya tidak menjadi prioritas. Dalam situasi ‘hectic’ dan ‘last minute’ banyak orang yang kemudian kelabakan, dan terkadang
tidak lagi punya cukup waktu untuk menentukan mana yang prioritas dan yang
sekedar tambahan dan tidak terlalu penting. Di sinilah potensi kelalaian dan keteledoran
akan terjadi.
Oleh sebabnya, selain perencanaan yang baik, kecukupan waktu persiapan,
dan kondisi fisik prima, kita juga perlu memiliki kesadaran bahwa akan selalu
ada yang kurang dari apa yang kita rencanakan, persiapkan dan lakukan. Kesadaran
demikian diharapkan akan terus memancing ‘kejelian’ dan ‘konsentrasi’ kita
untuk bisa menyiapkan segala sesuatunya lebih baik lagi, dan mengurangi
sebanyak mungkin resiko-resiko terjadinya berbagai macam potensi keteledoran
dan kelalaian. Kesadaran ini juga penting, untuk mengantisipasi munculnya
kegelisahan dan kegalauan yang berlebihan yang diakibatkan oleh kekecewaan
karena tidak maksimalnya apa yang sudah direncanakan dan dipersiapkan.
Rasanya tidak ada yang ‘salah’, ketika kita sudah menyiapkan secara
maksimal mudik kita, namun cerita-cerita tentang kelalaian dan keteledoran masih
terus berulang dari satu lebaran ke lebaran berikutnya. Apakah ini bukti bahwa “manusia
adalah tempatnya salah dan lupa?” Mungkin saja. Namun akan sangat bijak jika kita
tidak menjadikannya sebagai alasan pembenaran untuk secara sengaja melakukan kesalahan
dan kelupaan.
Sebaliknya, semangat yang harus diusung adalah menjadikan ‘cap’
kelupaan dan kesalahan sebagai motivasi untuk maju, karena manusia memiliki
akal yang jika dimanfaatkan dengan baik bisa menjadi pemicu dan pemacu
terjadinya perubahan ke arah yang lebih baik.
Selamat menikmati saat-saat jelang dan mudik lebaran anda! #gusrowi
No comments:
Post a Comment