Saturday, June 27, 2015

Mudik dan “Cerita” yang Selalu Terulang


Selalu ada yang kurang, dan selalu ada yang terlewatkan. Walaupun perencanaan dan persiapannya sudah sedemikian rapi, dan dedikasi waktu pun sudah sebegitu longgarnya telah dicurahkan. Pengalaman Mudik Lebaran dari waktu ke waktu, dengan sederet pengalaman dan pembelajaran, ternyata tak menjamin ‘absen’-nya keteledoran, kealpaan dan terjadinya kelalaian. Ada saja yang tertinggal.

Mulai dari oleh-oleh yang ketinggalan gak terbawa, titipan keluarga di kampung yang terlupakan, hingga kelupaan menyalakan lampu di teras ketika meninggalkan rumah untuk mudik, adalah beberapa hal sederhana yan sering terjadi. Meskipun telah sering mudik, hal-hal demikian masih sering dialami.

Biasanya, kondisi fisik yang kurang prima ketika persiapan menjadi salah satu penyebabnya. Faktor kurang tidur dan kecapean menyiapkan mudik dalam waktu yang singkat mempengaruhi konsentrasi dan fokus ketika packing dan mengerjakan segala urusan sebelum ditinggal mudik. Kondisi tubuh yang demikian berpengaruh terhadap kejelian dan prioritisasi kita.

Apakah kemudian kondisi tubuh ‘prima’ dan waktu persiapan yang cukup bisa menjadi solusi-nya? Hasilnya tentunya akan lebih baik, meskipun tetap tidak akan menjamin tidak adanya kelalaian dan kekurangan. Terkadang, ketika sudah mempersiapkan jauh-jauh hari, bawaannya justru rasa ‘percaya diri’  bahwa semuanya sudah OK dan karenanya tidak perlu ada yang di khawatirkan.

Namun, dalam konteks mudik lebaran, ketika semua sudah disiapkan dari jauh-jauh hari, menjadi sibuk dan capek jelang mudik adalah kondisi yang seolah-olah harus dilewatin dan dijalanin. Sangat masuk akal jika kemudian muncul hal-hal diluar rencana yang awalnya tidak menjadi prioritas. Dalam situasi ‘hectic’ dan ‘last minute’ banyak orang yang kemudian kelabakan, dan terkadang tidak lagi punya cukup waktu untuk menentukan mana yang prioritas dan yang sekedar tambahan dan tidak terlalu penting. Di sinilah potensi kelalaian dan keteledoran akan terjadi.

Oleh sebabnya, selain perencanaan yang baik, kecukupan waktu persiapan, dan kondisi fisik prima, kita juga perlu memiliki kesadaran bahwa akan selalu ada yang kurang dari apa yang kita rencanakan, persiapkan dan lakukan. Kesadaran demikian diharapkan akan terus memancing ‘kejelian’ dan ‘konsentrasi’ kita untuk bisa menyiapkan segala sesuatunya lebih baik lagi, dan mengurangi sebanyak mungkin resiko-resiko terjadinya berbagai macam potensi keteledoran dan kelalaian. Kesadaran ini juga penting, untuk mengantisipasi munculnya kegelisahan dan kegalauan yang berlebihan yang diakibatkan oleh kekecewaan karena tidak maksimalnya apa yang sudah direncanakan dan dipersiapkan.

Rasanya tidak ada yang ‘salah’, ketika kita sudah menyiapkan secara maksimal mudik kita, namun cerita-cerita tentang kelalaian dan keteledoran masih terus berulang dari satu lebaran ke lebaran berikutnya. Apakah ini bukti bahwa “manusia adalah tempatnya salah dan lupa?” Mungkin saja. Namun akan sangat bijak jika kita tidak menjadikannya sebagai alasan pembenaran untuk secara sengaja melakukan kesalahan dan kelupaan.

Sebaliknya, semangat yang harus diusung adalah menjadikan ‘cap’ kelupaan dan kesalahan sebagai motivasi untuk maju, karena manusia memiliki akal yang jika dimanfaatkan dengan baik bisa menjadi pemicu dan pemacu terjadinya perubahan ke arah yang lebih baik.  

Selamat menikmati saat-saat jelang dan mudik lebaran anda!  #gusrowi



No comments:

Post a Comment