Saturday, June 6, 2015

Sukarelawan Itu "Gak Itungan"


Mendengar kata "sukarela" apa yang anda pikirkan? Sederat respon tentunya membentang. Mulai dari tanpa paksaan, atas kemauan sendiri hingga tak mendapat imbalan apapun. Orang-orang yang melakukan ini biasa disebut sukarelawan.

Seorang sukarelawan menjalani misinya dengan landasan keikhlasan, dan tak sekalipun mengharapkan imbalan dari apa yang ia lakukan. Bagi sebagian orang, menjadi sukarelawan juga merupakan gaya hidup. Artinya, "ke-sukarelawan-an" sudah menjadi kebutuhan dan sarana untuk ‘aktualisasi diri’. Tidak ada lagi di benak mereka pikiran tentang berapa banyak yang mereka berikan dan akan mereka dapatkan.

Karena itu, ke-sukarelawan-an membutuhkan ketahanan mental (mental endurence) yang kuat dalam menghadapi cobaan dan tantangan. Ia harus siap menghadapi situasi dimana ia lebih banyak "memberi" di banding "menerima"; menjadi pihak yang lebih berkorban; menjadi pihak yang kurang mendapatkan perhatian dan apresiasi; dan menjadi pihak yang harus selalu mengedepankan pola pikir "apa yang bisa aku perbuat?” dan bukan “apa yang akan aku dapatkan?". 

Semangat ke-sukarelawan-an karenanya tidak bisa bersanding harmonis dengan sikap-sikap "itungan". "Aku kan sudah melakukan ini dan itu, berkorban banyak hal untuk ini dan itu, tapi apa balasan yang aku dapat?" Hal-hal yang memicu munculnya perasaan "makan ati" semacam ini akan sering dihadapi oleh siapapun yang masuk ke ranah  kerja-kerja ke-sukarelawan-an. 

Hanya orang-orang yang memiliki "ketahanan mental" yang kokoh, tidak mudah putus asa, tahan banting, terbiasa dengan perbedaan dan sikap kritis, dan tahan godaan "itungan"-lah yang akan keluar sebagai “sukarelawan” sejati. Bagi mereka, apapun dampak positif dari “ke-sukarelawan-an” (yang mereka dedikasikan) bagi dirinya secara pribadi, bukanlah capaian yang menjadi fokus mereka. 

Jika kita sudah memantapkan hati untuk menjadi ‘sukarelawan’, idealnya kita bersiap-siap menjadi pribadi yang ikhlas, tanpa pamrih, dan mengedepankan kepentingan tercapainya misi yang diemban, dibanding kepentingan yang bersifat pribadi. Karena, jika kita bias dengan ke-sukarelawan-an kita, dan kepentingan pribadi banyak mendominasi, maka bisa dipastikan kita telah mereduksi dan mengurangi ke-bermanfaat-an dari apa yang kita lakukan buat orang lain dan atau sesama. Dan kita tidak bisa lagi mengklaim diri kita sebagai seorang ‘sukarelawan’.  

Ke-sukarelawan-an itu tentang berbuat dan bermanfaat buat orang lain. Dengan membiasakan terlibat dalam aktivitas dan kegiatan yang bersifat ‘sukarela’, maka sebenarnya kita tengah berproses meningkatkan level ke-bermanfaat-an kita buat orang lain. Sebagaimana yang sering kita dengar dan baca, “Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat buat orang lain”.  Saya sepenuhya meyakini ini, dan semoga demikian juga dengan anda.  

Ayo! pastikan kita menyisihkan sebagian waktu kita untuk kegiatan yang bersifat sukarela! Semampu yang kita bisa, apapun itu pasti bermanfaat. #gusrowi


2 comments: