Saturday, May 2, 2015

"Refleksiku untuk (me)Motivasi"

Sahabat, 
Beberapa tulisan singkat berikut adalah beberapa refleksi yang saya maksudkan untuk bisa memotivasi diri saya dan semoga juga orang lain. Sebagaimana posting saya yang lain, tulisan-tulisan ini saya kompilasi dari  beberapa status di akun Facebook saya: Agus Hadi Nahrowi. Terima Kasih.


“Kepo itu Nikmat”
Menemukan situasi "di luar kebiasaan" di sekitar kita seringkali membuat kita bereaksi berbeda. Terkadang kita terkejut, kaget, heran atau cuek-cuek saja. Namun, adakalanya kita juga penasaran dan berusaha mencari tahu penyebabnya.

 Saya sendiri, termasuk orang yang menikmati berteka-teki, berkepo-ria (dalam hati), dan meng-otak atik (gothak-gathik-mathuk) berbagai data dan informasi yang ada. Puas rasanya, jika penyebabnya ketemu. Namun, tidak juga kecewa, jika hasilnya tidak sesuai harapan.

Memiliki kepekaan terhadap rangkaian peristiwa yang sudah terjadi, kiranya membantu kita mengenali dan mengungkap "cerita" dibalik apa yang "sedang" dan mungkin yang "akan" terjadi. Ini sangat bermanfaat buat landasan kita mengambil keputusan. Saya yakin, banyak jalan menjadi pribadi yang "peka", ber-kepo-ria secara "konstruktif" adalah salah satunya. (20 April 2015)

“Memimpin atau Dipimpin”
Mana yang lebih anda suka, siap memimpin? Atau siap dipimpin?. Memang sangat tergantung konteks dan situasinya. Kesiapan Memimpin tidaklah mudah. Siap dipimpin juga tak kalah sulit. Diperlukan ke-lapang-an dada dan keikhlasan untuk menjalaninya.

Tentu saja, menyiapkan mental untuk keduanya sangatlah penting. Ketika sedang asyik memimpin, banyak orang alpa menyiapkan mental dari ancaman "post power syndrom" yang akut, sehingga "gagap" dan "gagal" ketika tiba-tiba harus menjadi orang yang dipimpin.

Bagi saya, "kesiapan" untuk bermental dan berkomitmen kuat untuk menjalani apapun peran kita sangatlah penting sebagai dasar dalam "memimpin" dan "dipimpin". Karena, tak selamanya kita akan "memimpin", dan tak selalu kita akan berposisi orang yang "dipimpin". (23 April 2015)

“Berpikir Tidak Kotak”
Banyak yang bilang agar kita berlatih untuk berpikir "di luar kotak" (out of the box). Bagaimana kita tahu telah melakukannya? Apakah diukur dari ke-nylenehan ide kita? Atau kemampuan ide kita menjadi solusi atas situasi tertentu? Yang jelas, berpikir model ini selalu berada di luar apa yang orang kebanyakan lakukan. Tentu saja tidak asal "beda", namun bagaimana perbedaan ide tersebut memiliki kekuatan menjadi alternatif diantara sekian banyak ide.

Bagaimana kita melatihnya? Mencoba melakukan hal-hal di luar kebiasaan adalah salah satunya. Tentunya, kita tidak boleh takut berbeda; takut dianggap tidak normal, ataupun takut ide kita tidak diterima. Berada di luar kebiasaan orang kebanyakan terkadang bisa memberikan kita sudut pandang yang berbeda dan lebih netral dari kungkungan sekitar kita. Berani beda, berani sama, asalkan bertuah adalah menantang diri untuk selalu berpikir. Corgito ergo sum!.(24 April 2015)

“Kebetulan itu Tidak Ada”
Seberapa percaya anda kepada yang namanya "kebetulan"? Bagi yang percaya kalau semua yang terjadi di muka bumi karena Tuhan, maka akan berpikir kuasa Tuhan yang mengatur semuanya. Bagi mereka yang tidak serta merta melibatkan Tuhan akan cenderung berpikir, ada proses tarik menarik energi diantara makhluk hidup, yang memungkinkan terjadinya persinggungan, gesekan dan pertemuan.

Ketika niat telah diikrarkan, fokus, keyakinan dan komitmen dijalani, maka segala hal di alam semesta akan bergerak untuk mendukunya. Disinilah "niat" dan "keyakinan" begitu penting. Dua hal ini akan mengarahkan kita untuk mendapatkan apa yang kita inginkan, termasuk membantu kita menghadapi hal-hal yang terjadi di luar perkiraan dan antisipasi kita. Jadi, apa yang terjadi memang sudah semestinya, sehingga tidak ada yang namanya kebetulan. (25 April 2015)

“Semuanya Menentukan”
"Big Step", Bagaimana kita tahu sedang dan akan mengambil langkah penting yang berpengaruh besar terhadap perjalanan hidup kita? Karena tidak selalu "tahu" dan "yakin" dampak dari keputusan kita, bisa jadi semua langkah kita sangatlah "penting" dan "menentukan".

Setiap keputusan berpotensi menjadi "momentum kunci" bagi hidup kita ke depan. Saya meyakini, dengan memprioritaskan setiap keputusan secara "serius dan penting", maka kita tidak akan merugi, dan penyesalan pun akan enggan menghampiri kita. (26 April 2015)

“Mood Malas itu Perlu”
Pasti mengenal "The Lazy Song"-nya Bruno Marz doong? Lagu tentang "mood malas" untuk membuktikan, meraih, atau memenangkan sesuatu. Sesekali, nampaknya asyik juga memiliki mood demikian. Selain akan menyeimbangkan mental kita, memiliki mood ini juga akan memberikan ruang bagi kita untuk "menetralisir" segala dampak emosional dan pikiran mengejar target, capaian, dan tuntutan ambisi kita sehari-hari.

Momentum ini juga bisa kita manfaatkan untuk berefleksi, dan berintrospeksi diri tentang apakah kita cukup memberikan diri kita "waktu istirahat" dari segala urusan pribadi dan orang-orang di sekitar kita. Harapannya, ketika kita kembali ke "mood aktif", kita akan menemukan energi baru yang lebih "fresh" dan level kepercayaan diri kita semakin meningkat. Mari bermalas-malas dengan "bijak", mungkinkah?.  (2 Mei 2015)

“Menolak Mustahil”
"Bagaikan pungguk merindukan bulan", seringkali identik dengan adanya keinginan yang mustahil untuk bisa digapai. Namun, pernahkah anda berpikir jika di sekeliling kita selalu ada "rembulan" yang bisa dijangkau dan di ajak berinteraksi? Jika anda pernah melakukannya bahkan sering, maka bisa dipastikan anda sudah menaklukkan tantangan alam tentang bagaimana merindukan rembulan dan menggapainya. Jika itu yang sebenarnya terjadi, anda benar-benar termasuk golongan orang yang beruntung. (30 November 2014)

“Melawan Arus”
Membebaskan diri dari himpitan persoalan adalah hal yang biasa terjadi. Membebaskan diri dari segala kenyamanan, kesenangan, kenikmatan dan keindahan tentu sebuah langkah luar biasa. Terlepas apa kelebihan dan kekurangan dari pilihan-pilihan tersebut, masing-masing dari kita pasti pernah dihadapkan dengan situasi ketika kita harus memilih untuk mempertahankan 'status quo' atau melakukan perubahan,meskipun tanpa kejelasan "akhir cerita," dan hanya berpegang pada keyakinan akan harapan masa depan yang lebih baik. (16 Desember 2014)

“Bahagia itu....”
Kebahagiaan itu sebuah tujuan atau proses? Demi tujuan menjadi bahagia, segala sesuatunya dijalani dengan penuh semangat dan tak kenal lelah, meskipun tak selalu jelas bentuk kebahagiaan itu seperti apa nantinya. Jika bahagia itu sebuah proses, siapapun tidak perlu menunggu hingga akhir cerita bahagia, karena kebahagiaan itu selalu diyakini terdapat dalam setiap langkah yang dilewati. Selamat menikmati kebahagiaan, sekecil apapun itu, kapanpun dan dimanapun kebahagiaan bisa datang dan didatangkan. (25 Januari 2015)


“Menjalan Misi”
Memiliki dan menjalani misi besar ternyata tidak saja membutuhkan niat; 'kemauan' yang kuat; komitmen menapaki setiap proses dan tantangan yang dihadapi; dan mentalitas penuh optimisme; namun juga kesiapan mental untuk menjadi 'martir' demi tercapainya 'misi' yang ingin dicapai. Apapun misi anda, baik kasat mata ataupun tidak, pastikan anda siap untuk menjadi martir di dalamnya, karena disaat itulah anda menunjukkan loyalitas atas misi yang dijalani. (6 Februari 2015)

“Move On”
Menikmati rasa bahagia dengan sepenuh hati sangatlah perlu, apalagi jika kemudian dampaknya positif bagi orang-orang disekitar kita. Di sisi lain, menyadari bahwa rasa bahagia itu hadir untuk waktu yang terbatas, selalu menyiapkan diri untuk senantiasa "move on" dan melakukan perubahan juga tak kalah penting.

Move On tidak selalu identik dengan transformasi dari "negatif" ke "positif", dari "sedih" ke "bahagia", namun bisa dimaknai dengan transformasi dari "positif" ke "positif yang lebih tinggi levelnya". Dari satu bahagia ke bahagia yang lain yang lebih membahagiakan. Jangan pernah ragu! Keep moving on sobat! (7 Februari 2015)

“Luarbiasa namun Sederhana”
Bagaimana sebuah kesederhanaan bisa berbuah keluar biasaan? Banyak kita temui kata sederhana, sebagai nama toko atau warung. Entah apa yang menjadi alasan memilih kata tersebut. Sebagai bentuk kerendah hatian kah? Bentuk ketidaksombongan? Bentuk ketidakmulukan berusaha? Atau hanya sekedar nama? Namun, jika ditanya, apakah hasil yang ingin dicapai dari usaha tersebut adalah hasil yang "sederhana" juga? Saya yakin, jawabnya "tidak".

Hasil yang maksimal dan melimpah tentunya menjadi tujuannya. Berhati-hatilah dalam menyuarakan apa yang ada dalam pikiran kita. Karena acapkali apa yang terjadi pada diri kita dipengaruhi oleh apa yang kita pikirkan. Jadi, jangan berharap hasil yang ekselen, jika anda sendiri berharap hasil yang sederhana, dan cara anda melakukannya juga dengan cara yang "sederhana". (8 Februari 2015)

“Olah Prasangka”
Mungkinkah kita bisa mengalihkan pikiran kita dari memikirkan beratnya beban hidup dengan cara membandingkannya dengan besarnya nikmat yang kita rasakan? Sehingga kita ketemu dengan hasil yang tidak seimbang antara besarnya nikmat dibanding beban hidup yang harus kita pikul.
Bagaimana jika kita gagal melihat nikmat yang kita rasakan, sehingga beban hidup terasa lebih besar? Apakah benar nikmat yang kita rasakan itu selalu lebih besar dibanding beban hidup kita? Saya kira dengan tidak berprasangka apapun terhadap beban hidup yang kita hadapi, kita akan membiasakan diri menjalani hidup dengan penuh kesadaran, bahwa hidup harus dijalani dah dinikmati. Apapun situasi dan kondisi yang kita hadapi.  (24 Februari 2015)

“Asupan Pikiran”
Tidak semua dari kita diberi kemudahan untuk mengambil keputusan dalam hal kapan kita bisa memanjakan diri dan pikiran kita dengan aktivitas yang menyenangkan. Tentu banyak sekali alasannya. Salah satunya adalah ketidakmampuan mengukur level kejenuhan dan ketahanan kita dalam menggeluti pekerjaan sehari-hari.

Dampaknya, menunda bersenang-senang hingga semuanya kelar dan tuntas menjadi pilihannya. Jangan heran jika kemudian kita tiba-tiba tidak enak badan, aktifitas sosial menjadi berantkan, stress melanda, dan menjadi sangat emosional. Itu semua sangat dimungkinkan kita alami karena kita tidak memberikan asupan gizi yang cukup buat pikiran dan diri kita. Ayo, tunggu apalagi, bersenang-bahagialah sekecil apapun peluang yang anda miliki! (1 Maret 2015)

“Tanpa Rencana”
Membuat perencanaan matang untuk tujuan yang akan dicapai di masa depan banyak disarankan oleh banyak orang sebagai cara jitu mendekatkan kepada hasil yang ingin dicapai. Namun, bagaimana jika ditengah perjalanan kita menemukan banyak sekali peluang yang jauh lebih menarik dibanding apa yang telah kita rencanakan? Apakah kita akan "setia" terhadap rencana kita, atau kita merubah haluan dan mengambil semua peluang yang ada di depan kita?

Adakalanya, mempunyai perencanaan bagus hanya akan membatasi kita meraih berbagai peluang dan kesempatan kita di masa depan. Jadi, jangan khawatir jika, anda merasa tidak mempunyai rencana apapun untuk masa depan anda. Justru dengan begitu anda lebih "merdeka" untuk menyambut dan menyambar semua peluang yang ada tanpa terbatasi oleh "rencana" yang anda miliki. (9 Maret 2015)

“Karena Kita Berakal”
Pernahkah kawan-kawan berfikir untuk sesekali tidak melibatkan Tuhan dalam urusan hidup kita? Adalah 'mudah' untuk mengungkapkan dan menyatakan, anggaplah ini sebagai "Cobaan dan Ujian Tuhan," atau "Serahkan semuanya kepada Tuhan," atau "Tuhan ingin melihat kualitas kesabaran kita", dan sebagainya. Kata-kata yang menenangkan dan menyamankan tentunya. Meskipun, untuk sampai pada level 'tenang', 'nyaman' sangatlah tidak semudah pengucapannya.

Kita, sebagai manusia, dengan segala kelemahan kita, harus tetap menghadapi masalah dengan akal kita, yang merupakan atribut paling keren yang kita dapatkan dari Tuhan. Saya yakin, Tuhan pasti tersanjung melihat kita menggunakan Akal kita secara maksimal untuk menjalani hidup ini. Mari, jangan sia-siakan pemberian Tuhan terhebat ini. (11 Maret 2015)

“Menolak Pasrah”
Apa reaksi anda ketika ada yang mengomentari tentang diri anda dengan mengatakan: "udahlah, tak ada manusia yang sempurna." Tentu tidak ada yang salah dengan ungkapan itu. Saya juga membenarkannya. Meskipun, ungkapan itu juga tidak serta merta bisa membantu menyelesaikan masalah. Bahkan bisa jadi justru mendatangkan efek "pasrah" dan memperkecil peluang untuk berpikir di luar "kotak", guna mencapai level yang ekselen dalam berkreativitas. (16 Maret 2015)

“Imaji Sukses”
Saya suka orang yang memiliki imajinasi tentang "sukses" atas apa yang sedang ia coba raih. Sebuah imaji yang menggambarkan keadaan ideal yang ingin ia rasakan dan alami, lengkap dengan berbagai detail plot ceritanya. Saya sangat yakin, imaji sukses hanya dimiliki oleh orang dengan optimisme dan keyakinan diri yang kuat. Ini adalah modal penting baginya, sehingga dia akan mudah bangkit ketika imaji sukses yang ia miliki gagal terwujud. "Menumpulkan" berbagai efek negatif "kegagalan" mencapai target bukanlah perkara sulit baginya, karena ia selalu percaya imaji dia tentang sukses akan selalu menemukan jalannya untuk bisa ia bangkitkan dan miliki. Apakah itu anda? (21 Maret 2015)

Karakter “Rejeki”
Seberapa kenal anda dengan karakter dan tanda-tanda bagaimana rejeki, kebahagian, dan keberuntungan mendatangi anda?

Di saat kita begitu yakin akan mendapatkan, justru kita tidak beruntung. Disaat kita hanya ingin mendapatkan satu saja, kita dihadapkan dengan 2 atau tiga pilihan secara bersamaan. Disaat kita memiliki banyak opsi dan peluang, ternyata tak satupun menjadi kenyataan. Di saat kita hanya memiliki satu-satunya peluang, ternyata kita justru sukses menggegamnya. Di saat kita begitu dimudahkan dengan proses yang ada, ternyata hasilnya justru tidak seperti yang diharapkan.

Bagi saya, semakin sulit dan tidak mudah proses yang saya lewati dan jalani, saya semakin yakin bisa mendapatkannya. Disinilah saya meyakini, jika kita menyadari dan mengenali bagaimana karakteristik "keberuntungan" kita sendiri, maka kita tidak akan buang-buang waktu untuk "cemburu" atau "iri" dengan keberuntungan yang didapatkan orang lain. Bagaimana dengan anda? (27 Maret 2015)

“Refleksi atas rutinitas”
Dalam sehari, berapa lama waktu yang anda dedikasikan untuk sekedar "berefleksi" tentang pelajaran dari perjalanan hidup anda?

Memiliki rutinitas yang teratur adalah dambaan setiap orang. Namun, terjebak dengan rutinitas, tanpa dilandasi misi dan idealisme yang jelas juga tidak ideal. Ada banyak alasan dibalik rutinitas seseorang. Dari sekedar mencari uang untuk memenuhi kebutuhan hidup; menjalankan peran dan tanggungjawab; menyalurkan minat dan idealisme; ataupun ketiga-ketiganya.

Bagi saya, pilihan terakhir memberikan peluang yang seluas-luasnya untuk bisa menikmati hidup dan terus belajar tentang hidup. Jadi, jika tidak ada lagi alasan dan idealisme yang mendasari rutinitas anda, kiranya menjadi momentum yang tepat bagi anda untuk memikirkan lagi makna rutinitas, bagi diri anda dan orang-orang di sekitar anda.  (7 April 2015)

“Terus Penasaran”
Rasa penasaran akan sesuatu, apapun itu, tak jarang memicu munculnya energi dan motivasi tersendiri. Tentu, rasa penasaran akan hilang, ketika apa yang menjadi pemicunya sudah diketahui dan dipenuhi. Saya yakin, hadirnya "rasa penasaran" menunjukkan adanya keinginan untuk belajar, mengeksplorasi berbagai informasi, pengetahuan dan pengalaman. Justru, kita harusnya khawatir jika tidak lagi pernah merasa "penasaran." Jangan sampai kita menyesal karena "cuek" dengan apa yang membuat kita penasaran. Jangankan mati "penasaran", hidup dengan rasa penasaran yang tidak terjawab dan terpenuhi-pun tidak nyaman adanya. Anda tidak mau kan?. (15 April 2015)

“Siap Tua, Tapi...”
Apa yang anda persiapkan agar ketika usia semakin menua, anda tidak tumbuh menjadi orang tua yang "kolot", "konservatif", "keras kepala", "susah dimengerti" dan "tidak gaul" dengan perkembangan zaman? Saya meyakini, kebiasaan berinteraksi dengan berbagai macam orang; berpikir terbuka dan kritis; terus belajar bersikap toleran; terbuka terhadap kritik, masukan dan saran; dan gairah belajar yang tak boleh padam adalah beberapa kebiasaan yang penting dilakukan. Menurut anda? (17 April 2015)



No comments:

Post a Comment