Thursday, May 28, 2015

"Putus Asa ala Joni"

"Sudah 3 tahun terakhir menjadi Joki 3 in 1 di sore hari, dan tukang parkir di pagi hari. Joni, 33 Tahun, belum menikah, yang menyesal tidak menamatkan SMA-nya, berkali-berkali mengeluh putus asa dengan hidupnya. Alasan perut yang membuatnya dia harus tetap bertahan." 

Apa yang anda lakukan jika sedang merasa sangat "putus asa"? Walau ajaran agama manapun mengajarkan agar kita tidak mudah berputus asa, nyatanya tidak mudah kita meng-handle rasa ini ketika datang mendera. 

Seringkali kita diajarkan agar melihat ke bawah dan tidak ke atas untuk menimbulkan efek "syukur", bahwa ada orang-orang yang kurang beruntung dibanding kita. Sehingga kita patut dan layak mensyukuri keadaan kita saat ini. Bagaimana dengan orang-orang yang merasa tidak memiliki apapun untuk dijadikan alasan bersyukur? 

Selama hampir 1 jam ngobrol dengan Joni, saya berusaha untuk membantunya melihat apa yang bisa ia syukuri dari keadaannya. Saya juga mencoba menggali hal-hal yang bisa membuat dia "menyatakan" bahwa ia masih bisa bersyukur dengan keadaannya. Namun, tak sepatah kata "syukur" keluar dari mulutnya. Baginya, beban hidup dan kerasnya Jakarta sudah membuatnya tidak memiliki harapan masa depan yang lebih baik lagi. 

Ketika saya singgung, kenapa tidak "mati saja", jika memang sangat putus asa dan tidak merasa memiliki masa depan? Dia hanya tersenyum dan menggelengkan kepala. Meskipun, tidak juga muncul di mulutnya, alasan "positif" yang membuatnya masih ingin bertahan hidup. 

Saya teringat kata-kata seorang Kyai pendiri Pondok Gontor di Ponorogo: "Hidup tak takut mati; Takut Mati Jangan Hidup: Takut Hidup Mati Saja". Dari sini, walaupun saya gagal membuatnya melihat sisi "positif" darinya dan hidupnya, setidaknya, Joni bukan orang yang "takut mati". 

Sesulit apapun hidupnya; seputus asa apapun ia mencari sesuap nasi tiap hari; dan se-menyesal apapun ia dengan cerita masa lalunya; ia masih bertahan hidup dan tak mau "mati" merenggutnya karena alasan "perut". Joni, walau lebih sering bilang putus asa sepanjang perjalanan, nyatanya tetap semangat bertahan hidup. 

Senyum dan tawa kami sepanjang jalan Sudirman sore itu, semoga memberikannya sedikit "hiburan" di tengah Jakarta yang semakin tidak "manusiawi" baginya. Kalau ketemu Joni lagi, saya akan mencoba sekali lagi untuk bisa membuatnya menyebut "saya masih bersyukur". Semoga Bisa. #gusrowi. 





No comments:

Post a Comment