Monday, May 11, 2015

Dahsyatnya Empati

Terkesan dengan 2 orang yang berprofesi sebagai sopir yang menemani perjalanan saya 2 hari terakhir. Satu sopir, seorang sarjana salah satu PTN terkemuka di Yogyakarta, satu lagi, seorang dengan pengalaman merantau lebih dari sepuluh tahun di luar negeri.

Secara usia, kedua orang tersebut hanya 1-2 tahun diatas saya. Alih-alih merasa bangga sebagai orang yang membayar mereka, saya memilih bersibuk ria "ber-empati" kepada mereka, "Bagaimana jika saya di posisi mereka?"; "Apa yang saya pikirkan?" ; "Apa yang saya khwatirkan?", dan sebagainya.  

Ternyata, dengan berempati membantu saya untuk bisa menjalin komunikasi dua arah yang nyambung dan nyaman, dan tanpa disadari keakraban bisa dengan mudah diciptakan. Dan ketika banyak pengalaman hidup yang dibagi dan diceritakan, yang muncul kemudian adalah "pikiran positif" atas keadaan saya saat ini, dan juga rasa hormat atas segala situasi dan perjuangan hidup mereka. 

Tidak ada yang salah dengan hidup yang kita jalani, hanya saja, cara kita yang mungkin "belum tepat" dalam menikmatinya. Apapun kita; siapapun kita; dimanapun kita, harus selalu punya cara untuk menikmati hidup, agar tidak terjebak pada "pikiran-pikiran negatif" memandang hidup yang kita jalani. 

Hidup itu sangat-sangat banyak dimensinya, demikian juga cara menikmatinya. Maka jangan pernah "merasa" kehabisan cara dalam menikmatinya. Jika itu anda alami, mungkin anda perlu bersilaturahmi dengan 2 sopir diatas, mungkin. #gusrowi.




No comments:

Post a Comment